Judul : The Girls Of Riyadh
Penulis : Rajaa Al Sanea
Penerbit : Ufuk Press
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2008
Halaman : 408 halaman
...........................................................................................................
Oleh : Rizky Putri Pratiwi
SMA Plus Negeri 17 Palembang
............................................................................................................
Semuanya berawal dari
surat elektronik (e-mail) yang dikirim seorang perempuan misterius.
Setiap Jumat siang, e-mail yang terkirim menjadi magnet yang mampu
menarik perhatian masyarakat di pclosok negeri. Hampir setiap minggu, penulis
misterius itu mengunjungi para pembaca dengan perkembangan terbaru dari setiap
peristiwa. Sabtu pagi, fenomena ini telah mengubah kantor-kantor pemerintah,
aula perguruan tinggi, teras rumah sakit, dan kelas di sekolah menjadi
ruang diskusi tentang e-mail terakhir.
Meskipun sang penulis (awalnya) menyembunyikan identitas, pada akhirnya ia membuka diri. Nama tokoh dalam cerita itu ditulis dengan gamblang. Semua tabir yang selama ini tertutup, dirahasiakan, dan sulit dibicarakan, dia bongkar. Dia kisahkan dengan apik pelanggaran semua tradisi Arab Saudi yang terkenal keras dengan adat istiadatnya.
Maka, terkuaklah kisah kehidupan empat sahabat yang semi-eksklusif di tengah pergaulan masyarakat Arab: Qamrael-Qashmany, Shedimd-Harimly, Lumeis Jadawy, dan Michelle -Abdul Rahman. Kisah yang diungkap Rajaa bukan rekaan, melainkan kisah kehidupan nyata pribadi empat sahabatnya.
Pernikahan Qamra bukan menjadi jaminan hidupnya akan bahagia. Usai menikah, ia bersama sang suami hijrah ke Amerika. Bukan bahagia yang ia peroleh, malah nestapa yang didapat. Tanpa sengaja, ia mengetahui sang suami memiliki affair dengan. perempuan Jepang. Perempuan yang selama ini menjadi "bank" selama sang suami hidup di tanah orang. Sakit hatinya diungkapkan kepada sang suami. Tapi, apa yang ia dapat Malah tamparan berulang kali di wajahnya. Ia lantas memilih kembali ke orangtua dengan harapan sang suami meminta maaf dan memintanya kembali. Berbulan menunggu, ia hanya mendapat surat cerai pada saat hamil.
Lain lagi kisah Shedim. Perempuan ini memilih menyerahkan keperawanannya kepada sang tunangan. la berkeyakinan, tidak akan mendapatkan kepuasan dan persetujuan pasangan bila tidak mempersembahkan diri seutuhnya. Keputusan Shedim memang tergolong kontroversial. Mengingat, budaya Arab mengharamkan tindakan semacam itu. Jangankan herhubungan intim di luar nikah, berduaan dengan non-muhrim di tempat umum saja, bila tertangkap basah, harus "menginap" di hotel prodeo.
Sial, hubungan kasih Shedim putus. Berbagai pertanyaan pun bergelayut di kepalanya. Apakah menyerahkan diri seutuhnya sebelum menikah merupakan kesalahan dan dosa? Apakah yang terjadi pada malam itu adalah kesalahan? Pertanyaan demi pertanyaan ini hanya berputar di otaknya.
Sementara itu, Lumeis adalah perempuan yang pandai meramal melalui kartu. Kisah cintanya tergolong sederhana dibandingkan dengan sahabatnya. Ia menemukan cinta sejati pada seorang pria yang tak disangka-sangka sebelumnya.
Sedangkan Michelle
menemukan perbedaan budaya dalam hubungan cinta, Darah Amerika (dari sang ibu)
membuat kisah cintanya tak mulus.
KOMENTAR
KOMENTAR
Buku ini mengungkapkan
betapa sebetulnya tradisi di Arab itu sangat ketat. Perceraian adalah dosa
besar bagi perempuan yang diceraikan. Seorang pria Arab harus menuruti semua
kemauan keluarga, tcrmasuk menentukan dengan siapa akan menikah.
Masuk ke Arab pun berarti harus menanggalkan "pakaian luar negeri" dan mengenakan baju khusus Arab. Jadi, jangan heran, di setiap toilet bandar udara Arab Saudi terdapat antrean panjang penumpang yang hendak berganti baju. Ya, untuk mcnjalankan tradisi Arab.
Namun buku yang telah terjual di 25 negara ini mcngungkap dengan gamblang pelanggaran demi pelanggaran atas tradisi itu. Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005. Tak lama setelah itu, buku ini dilarang beredar di Arab Saudi karena isinya yang menghebohkan. Tapi buku ini beredar di pasar-pasar gelap Saudi.
Masuk ke Arab pun berarti harus menanggalkan "pakaian luar negeri" dan mengenakan baju khusus Arab. Jadi, jangan heran, di setiap toilet bandar udara Arab Saudi terdapat antrean panjang penumpang yang hendak berganti baju. Ya, untuk mcnjalankan tradisi Arab.
Namun buku yang telah terjual di 25 negara ini mcngungkap dengan gamblang pelanggaran demi pelanggaran atas tradisi itu. Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005. Tak lama setelah itu, buku ini dilarang beredar di Arab Saudi karena isinya yang menghebohkan. Tapi buku ini beredar di pasar-pasar gelap Saudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar