Sabtu, 24 April 2010

Menulis Sebagai Refreshing

Menulis memang menguji ketahanan dan ketabahan seorang penulis. Apabila ia tidak mampu mengatasi hal tersebut, dapat dipastikan kalau dalam waktu dekat ia akan segera 'pensiun'. Dan apabila ia telah 'pensiun dini' besar kemungkinan niatnya itu sulit untuk terealisasi kembali. Oleh karena itu, 2 poin di atas juga diperlukan untuk menjadi seorang penulis. Sedikit banyak akan saya bahas di bawah ini.
Ketahanan dalam aspek menulis bukanlah suatu kemampuan untuk bertahan secara fisik, seperti olahraga, dan sebagainya. Namun ketahanan dalam hal ini ialah suatu kemampuan seorang penulis untuk mampu mempertahankan motivasi dan eksistensinya di bidang tulis-menulis, walaupun menemui banyak hambatan dan bermacam masalah yang perlu diselesaikan datang silih berganti
Ketahanan yang diperlukan ada 2 macam, yaitu ketahanan secara fisik, dan ketahanan secara mental/psikis.
Penulis yang memiliki ketahanan secara fisik, akan mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang banyak. Namun ia akan lebih cenderung 'asal-jadi' bila hanya memiliki ketahanan ini. Pun kualitas tulisannya akan terkasan tidak berubah, hanya tipe itu-itu saja.
Sedangkan ketahanan secara mental/psikis, akan mampu menundukkan rasa dan sifat malasnya untuk tetap berkarya. Hal ini juga sangat penting untuk memotivasi diri agar kita harus terus menulis.
Ketabahan berasal dari kata tabah. Ketabahan lebih diidentikkan dengan kesabaran. Ketabahan seorang penulis sangat diperlukan ketika menulis. Bagi penulis yang tingkat ketabahannya rendah, ia akan capat bosan dan bergegas meninggalkan tempat menulis tersebut.
Oleh karena itu, saya mengajak kepada semua teman-teman saya yang penulis, marilah kita ciptakan suasana kondusif yang mampu mengimunisasi tekad dan niat penulis. Jangan menyerah dan teruslah berkarya. Walau sering terbersit dihati," ah, males,' tapi yakinlah kita akan terbiasa dengan hal tersebut. Dan hal ini termasuk sangat berpengaruh untuk kehidupan masa depan nanti.

Selasa, 20 April 2010

Batu Loncatan


                 Hari ini, menjadi hari yang bersejarah dalam perjalanan karir saya. Setelah melalui beberapa proses yang cukup melelahkan (walaupun masih tergolong anak bawang), salah satu karya saya dimuat di surat kabar setempat, yaitu Sumatra Ekspress (20 April 2010). Semuanya saya raih setelah berjuang dan belajar selama kurang-lebih 6 bulan (tepatnya sejak bulan November). Ini waktu yang tergolong singkat, karena saya selalu mencoba untuk melakukan action, gak cuma berkhayal. Dan terbukti,  usaha saya membuahkan hasil.
                 Sejak bulan November, saya mulai belajar dan mengumpulkan materi yang berhubungan dengan dunia jurnalistik. Bermacam jenis buku telah saya baca dan saya pelajari. Tak lupa berbagai karya orang turut saya pelajari. Dari gaya bahasa, pilihan kata, selalu saya amati demi bertambahnya ilmu sebagai modal menuju masa depan. Saya juga sudah mulai mencoba menyebut diri saya sebagai penulis, dengan membuat grup dan blog khusus penulis (walaupun karya saya belum ada yang diterbitkan). Memang dalam penentuan kaliber seorang penulis, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu melihat/mengukur  jumlah karya yang diterbitkan oleh media. Tapi saya yakin, setiap penulis memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
                Banyak penulis pemula yang mengalahkan penulis professional dalam suatu perlombaan atau kompetisi. Hal ini karena penilaian karya seorang penulis bukan ditinjau melalui ‘nama besar’ penulis tersebut, namun berdasarkan kualitas tulisan yang dihasilkan. Oleh karena itu, kualitas karya/tulisan menjadi titik tolak penilaian seorang penulis handal. Popularitas memang dibutuhkan untuk menarik minat konsumen/pembaca, namun kualitas tulisan adalah segalanya. Percuma apabila ia seorang yang memiliki ‘nama’ di hati masyarakat, namun kualitas tulisan yang dihasilkan kalah bersaing dengan penulis-penulis yang belum punya ‘nama’.
                Saya mengajak kepada semua penulis, agar selalu berusaha merealisasikan angan-angannya untuk menjadi seorang penulis.  Jangan hanya bermimpi sehingga terbuai dengan mimpi, tapi buktikanlah harapan Anda dengan aksi. Dengan diiringi do’a, semoga segala yang kita lakukan akan mendapat pertolongan Yang Maha Kuasa. Tetaplah berusaha, lakukanlah yang terbaik yang bisa kita lakukan.  Dan yang tak kalah penting, jagalah selalu motivasi dan semangat untuk menjadi seorang penulis. Karena telah banyak penulis yang ‘gugur’ dikalahkan oleh rasa malas dan bosan. Oleh karena utu, carilah cara yang ampuh untuk selalu menjaga dan meningkatkan gairah menulis. Agar kita mampu bertahan dan tidak cepat tumbang dalam perjalanan meraih masa depan. Sukses selalu untuk kita semua!

Sabtu, 17 April 2010

Penghargaan Sebagai Motivasi

Bagi seorang pelajar, memperoleh prestasi yang tinggi adalah pencapaian yang diharapkan. Mana ada pelajar yang ingin sekolah tanpa mendapatkan satupun prestasi atau pencapaian? Namun dalam hal ini tergantung dengan usaha yang dilakukan oleh tiap pelajar. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk 'memunculkan' prestasi, namun sebaiknya mulailah dari hal yang paling kecil. Contohnya, Anda bisa membantu orang tua dalam bekerja, membantu guru mengoreksi soal ujian, dan sebagainya. Benarkah hal ini disebut sebagai prestasi? Benar! Karena tidak seluruh prestasi harus berhubungan dengan bidang akademis. Kita bisa mendapat prestasi dari berbagai bidang, seperti bidang sosial, agama, dan lain seterusnya.

Suatu hari, saya ikut menghadiri pengarahan yang diberikan oleh kepala sekolah kepada para siswa berkaitan dengan tes Olimpiade yang akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat. Ia memberi gambaran betapa sulitnya mendapatkan suatu hasil yang memuaskan. "Hal itu harus disertai dengan usaha keras dan tekad pantang menyerah," ujarnya singkat. Beliau menawarkan penghargaan yang menurut saya cukup untuk menarik motivasi kami keluar ke ubun-ubun. "Bagi siswa yang mendapat peringkat 1 di tingkat kota pada setiap cabang, akan mendapat beasiswa dari sekolah selama 6 bulan, dan bagi . . ." tuturnya bersemangat. Penawaran seperti ini pasti akan membuat seseorang bersemangat. Hal ini pula yang mendasari saya untuk menuliskan hal ini. "Apa penghargaan yang akan didapat oleh seorang penulis apabila ia berhasil mendapatkan prestasi?". Jawabannya hanya si Penulis-lah yang paling tahu.

Penghargaan yang secara umum di dapat oleh setiap penulis ialah kepuasan batin. Si Penulis akan puas dan senang apabila tulisannya dibaca orang banyak, kemudian muncul berbagai komentar hingga semakin membakar asa si Penulis untuk terus berkarya. Bagi Anda yang pernah memunculkan tulisannya di surat kabar, majalah, atau yang lainnya, tentu akan setuju dengan hal yang satu ini. Bagi penulis sejati, kepuasan materi adalah nomor 2. Ia tidak mementingkan berapa honor yang didapat dari majalah, berapa modal yang dikeluarkan untuk menerbitkan buku, dan hal lainnya. Baginya, tulisan yang telah dibuat dengan segenap hati akan lebih bermakna apabila dibaca oleh orang banyak. Namun disini, diberi batasan-batasan dalam menuliskan suatu hal yang akan dibahas. Contoh, seorang penulis boleh menuliskan hal yang bersifat kritik kepada seorang/kelompok orang. Namun tidak boleh bertentangan dengan UU dan tidak boleh mengandung unsur SARA.  Karena ujung-ujungnya yang rugi adalah si Penulis itu sendiri.

Oleh karena itu, saya mengajak Anda semua untuk mancari dan mengejar prestasi sejak dini. Hal ini sangat bermanfaat bagi Anda di masa yang akan datang. Penghargaan yang menggiurkan dapat dijadikan sebagai motivasi. Seperti dalam bidang tulis-menulis, hal ini akan semakin membuat kita sangat bersemangat untuk tetap menulis. Namun dalam setiap perjalanan pasti ada cobaan. Anggaplah cobaan itu sebagai bahan untuk mengukur sejauh mana kapasitas dan kualitas kita dalam mengerjakan suatu hal. Hanya semangat dan motivasi tinggi serta diiringi usaha yang tak pernah habis akan menuntun Anda menuju berbagai prestasi di masa depan.