Rabu, 21 Juli 2010

Keliling Museum Kota Palembang

Tujuan Kegiatan: 
1. Menambah wawasan tentang museum dan ilmu sejarah yang berasal dari Kota Palembang 
2. Memperoleh informasi mengenai letak dan isi museum-museum yang ada di Palembang  
Manfaat Kegiatan: 
1. Mengetahui kabar dan perkembangan museum-museum yang ada di Palembang 
 2. Mengetahui isi museum-museum tersebut 

Pembahasan: 
I. Museum Sultan Mahmud Badarruddin II 
- Letak : Disebelah kiri Benteng Kuto Besak 
- Jam Buka : 08.00-16.00 WIB 
- Pengelola : Sarjuli Suprapto 
          Museum ini terletak di sebelah kiri Benteng Kuto Besak. Kita dapat dengan mudah menemukan letak museum ini karena bentuk bangunannya yang sedikit mencolok karena berbentuk limas dan dikelilingi pagar pembatas yang cukup megah. Ketika Kita memasuki halaman museum tersebut, terdapat sebuah meriam yang menjadi center taman tersebut. Daerah yang mengelilingi meriam tersebut dimanfaatkan untuk menjadi tempat parkir kendaraan, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Bangunan ini terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama dijadikan sebagai gedung serba guna yang bisa disewa untuk mengadakan suatu acara. Sedangkan lantai 2 dijadikan museum tempat menyimpan barang-barang peninggalan Kerajaan Sriwijaya sejak dulu hingga sekarang. Tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2 ini terletak didepan bangunan tersebut. Dengan bentuk tangga yang melingkar, dengan dua sisi untuk naik dan turun, menjadikan penampilan bangunan ini tampak sungguh menawan. Kombinasi warna putih, merah tua, dan emas semakin menambah kecantikan bangunan ini. 
          Ketika memasuki museum, terdapat lukisan wajah pahlawan yang wajahnya terdapat pada uang pecahan Rp. 10.000,00, yaitu Sultan Mahmud Badarrudin II. Bagi pengunjung yang datang untuk meneliti ataupun hanya sekadar melihat isi museum, disediakan jalur khusus yang dimulai dari sebelah kiri saat masuk ke museum. Jalur ini nantinya akan menuntun pengunjung untuk menyaksikan semua cerita yang berasal dari barang-barang peninggalan tersebut. Atau bagi turis asing yang datang untuk mengunjungi museum ini, ada guide yang siap memandu kita menelusuri isi museum ini. Bangunan ini terdiri dari 6 ruang, yang pada tiap-tiap ruang menyimpan barang-barang dan cerita tersendiri. Ruangan pertama menyimpan prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, seperti Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan sebagainya. Ada pula tempat khusus yang disediakan oleh pengelola gedung untuk pengunjung yang ingin memberikan kritik dan saran tentang museum ini. 
          Di ruangan kedua, terdapat lukisan-lukisan yang menunjukkan “Palembang tempo dulu” dan berbagai macam pakaian adat khas Kota Empek-Empek ini. Selain itu, terdapat miniatur meriam, serta miniatur Rumah Limas dan miniatur Masjid Agung Palembang yang turut menambah cerita diruangan kedua ini. Tak lupa berbagai macam senjata tradisional masyarakat Palembang ikut “dipamerkan” museum ini. Ruangan ketiga berisi barang-barang yang apabila dilihat sepintas tidak memiliki arti apa-apa. Namun ternyata replika ruang tamu yang terdapat di ruang ketiga adalah ciri khas ruang tamu Kota Palembang. Empat kursi rotan yang mengelilingi sebuah meja berukuran kecil memberikan kesan sederhana dan elegan ketika Kita mencoba memahami arti ruangan ketiga ini. It’s Wonderfull 
          Di dalam ruang keempat, ada sebuah tempat yang berisikan berbagai jenis mata uang yang digunakan masyarakat Palembang pada zaman dahulu maupun sekarang. Ada pula miniatur sampan atau perahu yang memberi arti bahwa itulah alat transportasi laut masyarakat Palembang. Disebelah kirinya, terdapat berbagai macam bentuk cetakan kue khas Palembang. Ada yang berbentuk ikan, persegi, dan sebagainya. Kesan ketika kita memasuki ruangan kelima adalah very tradisional. Ciri Kota Palembang terasa begitu kuat, karena alat tenun songket dan bermacam motif songket menghiasi ruangan ini. Alat tenun yang ditampilkan sepertinya telah berumur puluhan tahun. Namun hal ini tidak mengurangi kesan antik saat kita menjelajahi ruangan ini. 
Akhirnya kita memasuki ruangan terakhir, yaitu ruang yang keenam. Ruangan ini berisi bermacam pakaian adat Palembang, dan replika pelaminan serta replika kamar pengantin turut menghiasi ruangan ini. Tak luput berbagai alat musik tiup menjadi barang penutup dari museum ini. 
II. Museum Balaputra Dewa 
          Museum ini terletak di dekat gedung pramuka CADIKA. Jalan lorongnya terdapat di seberang Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Letaknya tidak terlalu jauh dari jalan besar, hanya sekitar 150 meter. Gedung bangunan museum ini besar, dengan taman dan halaman yang turut menghiasi keindahan fisikal museum. Bagi pengunjung yang datang, mereka harus memiliki tiket masuk apabila ingin melihat isi museum. Tiketnya bisa dibeli di bagian dalam gedung dekat pintu masuk dengan seharga Rp. 1.500,-/orang. Museum ini terbagi menjadi 3 gedung utama. Gedung pertama berisikan barang-barang dan perlengkapan rakyat Sriwijaya zaman dahulu. Batu, anyaman, dan penggiling merupakan beberapa perlengkapan hidup rakyat Sriwijaya yang tedapat di gedung ini. Tak lupa beberapa arca Hindu-Buddha dan lukisan ikut meramaikan tiap sudut ruangan ini. Letak barang dan susunannya sudah rapi, tapi suhu di dalam ruangan ini sedikit panas dan pengap. Jadi sebaiknya diberi kipas angin atau AC agar suasana menjadi sejuk dan membuat pengunjung betah berlama-lama di ruangan ini. 
          Selanjutnya, ruangan kedua berisikan banyak batu-batu peninggalan Kerajaan maupun rakyat Sriwijaya. Namun tentu semuanya hanyalah fragmen atau rekaan. Di dalam gedung ini juga terdapat beberapa mata uang yang digunakan di zaman Sriwijaya. Tak lupa pakaian serta senjata yang digunakan rakyat Sriwijaya maupun Kompeni tempo dulu terdapat di dalam gedung ini. Di gedung ketiga, sepertinya tema yang diusung pengelola museum untuk ruangan ini adalah “Seni”. Ya. Semua barang di dalam gedung ini. Berisi berbagai kesenian khas Sriwijaya, mulai dari songket, guci, anyaman, perkakas, dan alat-alat pertanian. Tikar dan alat pemarut kelapa khas zaman Sriwijaya pun ada di dalam gedung ini. Pokoknya bisa bikin mata melek. Hehe 
III. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) 
          Letak TPKS ini berada di pinggir anak sungai Musi, tepatnya di pinggiran sungai Musi II. TPKS ini lokasinya tidak begitu strategis, walaupun bangunan dan tamannya sangat besar. Pengunjung yang datang memiliki 2 opsi, yaitu berkunjung melihat taman dan melihat bangunan. Apabila ingin berkunjung melihat taman, dikenakan biaya Rp. 2.000,-/orang. Sedangkan yang ingin melihat isi gedung museum, cukup membayar sejumlah Rp. 1.000,-/orang saja. Kita mulai dari taman dahulu. Taman di TPKS ini sangatlah luas. Banyak pondok/pendopo ikut meramaikan keindahan taman ini. Suasananya rindang, sejuk, dan menyegarkan mata karena semuanya berwarna hijau. Namun taman ini tampak sangat tidak terawatt. Kambing dimana-mana. Dan yang pasti, dimana ada kambing, pasti ada kotorannya juga. Ya. ‘Bau’ taman ini didominasi oleh bau kotoran kambing. Sehingga pengunjung menjadi tidak betah untuk berlama-lama di taman ini. Selain itu, kondisi pendopo/pondok sudah banyak yang tidak terawat. Cat terkelupas, jalan yang berlubang, pokoknya kesannya sangat tidak terawat sekali! Beranjak ke dalam gedung, suasana yang ditawarkan adalah ‘kalem’. Tembok didominasi oleh warna coklat krem dan hijau. Lukisan atau barang yang terdapat di dalam gedung ini sangat tertata rapi dan teratur. Namun yang kurang adalah penerangan yang cukup dan pendingin ruangan. Memang hal yang dua ini selalu menjadi kunci yang menentukan ‘kebetahan’ pengunjung. Sehingga walaupun barang yang terdapat di dalam gedung ini menarik dan bernilai sejarah serta berprospek pengetahuan, pengunjung akan bergegas pulang atau pergi dari TPKS. Hmm, sebaiknya hai ini menjadi bahan pemikiran pengelola. Agar TPKS mampu menjadi salah satu tempat wisata favorit di Palembang. Amin. (X*doni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar